Penerapan Activity Based Costing dalam Penentuan Harga Pokok Konstruksi pada Pelaksanaan Pengecatan

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1  Latar Belakang

Tujuan suatu perusahaan adalah untuk dapat menjaga kelangsungan hidup perusahaan, melakukan pertumbuhan serta dapat meningkatkan profitabilitas dari waktu ke waktu dimana ketiganya adalah pedoman menuju arah strategis semua organisasi bisnis. Semakin derasnya arus teknologi dan informasi, menuntut setiap perusahaan untuk lebih dapat mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan tersebut dalam persaingan global. Salah satu strategi yang dilakukan oleh perusahaan agar dapat bersaing dalam bisnis global ini adalah dengan efisiensi biaya, meningkatkan produktivitas, meningkatkan kualitas produk dan meningkatkan kemampuan untuk memberi respons terhadap berbagai kebutuhan pelanggan. Dengan demikian, agar perusahaan dapat mengelola usahanya dengan efektif dan efisien membutuhkan sistem informasi yang sistematik untuk dapat terus bertahan guna menghadapi persaingan global yang pesat dan kompleks.

Perusahaan jasa khususnya perusahaan jasa konstruksi adalah salah satu yang juga harus bersaing dalam persaingan global yang semakin lama semakin pesat perkembangannya guna mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Perusahaan jasa konstruksi adalah perusahaan yang berbeda dengan perusahaan jasa lainnya. Hal ini disebabkan adanya karakteristik yang khas yaitu terletak pada ukuran periode akuntansi yang umumnya lebih dari satu periode akuntansi atau lebih dari satu tahun. Di lain pihak, perusahaan harus menyediakan informasi mengenai posisi keuangan yang dibutuhkan oleh perusahaan itu sendiri atau oleh pihak-pihak yang berkepentingan dalam kurun waktu satu tahun atau satu periode akuntansi.

Melihat kondisi diatas, agar perusahaan jasa konstruksi dapat menyajikan  jumlah laba yang wajar, maka dalam proses penyusunan laporan keuangan perlu melakukan proses mempertemukan antara pendapatan dan pembebanan biaya-biaya. Penentuan harga pokok produksi merupakan hal yang sangat penting dalam hal ini. Akuntansi biaya memiliki fungsi untuk menyajikan secara rinci informasi tentang pendapatan yang diperoleh dengan berbagai biaya sumber daya yang dikonsumsi untuk menyelesaikan satu pesanan. Salah satu bentuk informasi penting dalam operasi perusahaan antara lain berupa informasi harga pokok produksi.Yang merupakan faktor penting dalam pengambilan keputusan manajerial. Harga pokok produksi atau dalam perusahaan jasa konstruksi lebih dikenal dengan istilah harga pokok konstruksi terdiri dari tiga macam biaya, yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead. Perhitungan harga pokok konstruksi yang akurat merupakan hal yang penting terutama bagi perusahaan jasa konstruksi yang proses produksinya berdasarkan pesanan yang berbeda-beda. Perhitungan harga pokok konstruksi berkaitan dengan sistem akuntansi biaya yang digunakan oleh perusahaan.

Dalam functional based system atau sistem tradisional, perhitungan  biaya didasarkan asumsi bahwa produk individual menyebabkan timbulnya biaya. Dengan asumsi seperti diatas, sistem tradisional membebankan biaya ke produk berdasarkan konsumsi biaya yang berhubungan dengan jumlah unit yang diproduksi. Apabila kita menghitung biaya bahanbaku langsung dan biaya tenaga kerja langsung, hal ini tidak menjadi masalah jika menggunakan sistem tradisional. Namun, akan menjadi masalah jika kita menghitung biaya overhead. Dalam sistem tradisional, biaya overhead diasumsikan proporsional dengan dengan jumlah unit yang diproduksi. Namun pada kenyataannya banyak sumber daya-sumber data atau biaya-biaya yang timbul dari aktivitas-aktivitas yang tidak berhubungan dengan volume produksi. Sehingga, sistem tradisional tidak lagi sesuai dengan kondisi perusahaan yang semakin berkembang dari waktu ke waktu, apalagi perusahaan dituntut untuk menyelesaikan pesanan sesuai dengan permintaan pelanggan yang pasti berbeda antara pelanggan yang satu dengan yang lain.

Sistem tradisional tidak dapat menunjukkan berapa biaya yang sesungguhnya dikonsumsi dalam tiap pesanan yang dikerjakan oleh perusahaan. Hal ini akan sangat merugikan perusahaan khususnya perusahaan jasa konstruksi yang mengerjakan berbagai jenis pesanan dari pelanggan yang berbeda-beda. Alokasi biaya dengan sistem ini mengakibatkan penyimpangan karena tiap pesanan atau produk tidak mengkonsumsi biaya overhead secara proporsional terhadap unit yang diproduksi. Kondisi seperti ini mengakibatkan kekeliruan dalam perhitungan harga pokok konstruksi yang berimbas pada strategi penetapan harga jual, keputusan manajerial yang tepat, alokasi sumber daya yang tidak efektif, bahkan hilangnya keunggulan kompetitif.

Untuk mengatasi kelemahan sistem tradisional, maka digunakan metode perhitungan biaya produksi berdasarkan aktivitas atau Activity Based Costing (ABC) yang akan membantu pihak manajemen untuk mengalokasikan biaya overhead yang lebih akurat. Perhitungan biaya berdasarkan aktivitas diperkenalkan dan didefinisikan sebagai suatu sistem perhitungan biaya di mana tempat penampungan biaya overhead yang jumlahnya lebih dari satu dialokasikan menggunakan dasar yang memasukkan satu atau lebih faktor yang tidak berkaitan dengan volume. Dibandingkan dengan akuntansi biaya tradisional, ABC memiliki penerapan penelusuran biaya yang lebih menyeluruh. Perhitungan biaya produk tradisional menelusuri hanya biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung ke setiap unit output. Tetapi, ABC mengakui bahwa banyak biaya-biaya lain yang pada kenyataannya dapat ditelusuri tidak ke unit output, tetapi ke aktivitas yang diperlukan untuk memproduksi output. Dengan demikian, penggunaan metode Activity Based Costing ini akan mampu memberikan informasi harga pokok konstruksi yang lebih akurat.

PT “ X “ yang berada diSurabayamerupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa konstruksi, dimana aktivitas yang dilakukan berdasarkan pesanan yang diterima dari pemberi proyek. PT “X” terlebih dahulu menentukan pelaksana yang akan bertugas melaksanakan jalannya proyek. Pelaksana yang ditunjuk kemudian mengestimasi bahan-bahan, mengestimasi jumlah tenaga kerja serta biaya-biaya yang diperkirakan akan timbul saat proyek dilaksanakan. Hasil estimasi tersebut dipergunakan sebagai anggaran biaya proyek. Dengan demikian, setiap proyek memiliki volume, tingkat kompleksitas, dan karakteristik yang berbeda-beda. Maka dari itu perusahaan membutuhkan suatu metode perhitungan harga pokok konstruksi yang dapat membebankan biaya tidak langsung (biaya overhead) dengan lebih tepat  sehingga akan memberikan informasi mengenai harga pokok konstruksi yang lebih akurat. Kebutuhan informasi yang lebih akurat terkait dengan usaha perusahaan yang dimaksudkan untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan dalam persaingan global yang semakin kompleks, khususnya dalam proyek pelaksanaan pengecatan.

1.2  Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut :

“Bagaimana penerapan Activity Based Costing untuk meningkatkan akurasi dalam perhitungan harga pokok konstruksi pada pelaksanaan pengecatan perusahaan jasa konstruksi PT “ X “ diSurabaya?”

1.3  Tujuan Penelitian

  1. Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai penerapan Activity Based Costing dalam penentuan harga pokok konstruksi pada pelaksanaan pengecatan di PT “ X “.
  2. 2.      Untuk membuktikan keakuratan perhitungan harga pokok konstruksi dan mengetahui manfaat yang dihasilkan dari penerapan metode Activity Based Costing.

 

 

 

1.4  Manfaat Penelitian

  1. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang dapat digunakan oleh perusahaan mengenai perhitungan harga pokok konstruksi dengan metode Activity Based Costing.
  2. Bagi penulis, penelitian diharapkan dapat memberikan tambahan wawasan dan pengetahuan mengenai perhitungan harga pokok konstruksi dengan metode Activity Based Costing.
  3. Bagi pihak lain, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dan pembanding bagi peneliti selanjutnya.

1.5  Sistematika Penulisan Skripsi

      Dalam penulisan proposal ini, secara garis besar dapat diuraikan secara singkat terdiri darilima (5) bab dimana antara satu bab dengan bab lainnya saling berhubungan. Uraian tersebut adalah sebagai berikut :

BAB I             PENDAHULUAN

Bab ini akan menjelaskan mengenai latar belakang permasalahan, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan penelitian.

BAB II                        TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Bab ini akan menjelaskan mengenai teori-teori dan konsep-konsep yang berhubungan dengan masalah yang dirumuskan, yang meliputi tentang definisi, konsep dasar, asumsi, manfaat, serta langkah-langkah dalam penerapan Activity Based Costing. Di samping itu akan ada sedikit penjelasan mengenai perbandingan antara sistem tradisional dengan Activity Based Costing dalam perhitungan harga pokok konstruksi.

BAB III          METODE PENELITIAN

Bab ini akan menjelaskan mengenai metode penelitian yang akan digunakan dalam mengadakan penelitian. Bab ini juga akan menjelaskan jenis dan pendekatan penelitian, jenis data yang dikumpulkan, prosedur pengumpulan data, serta teknik analisis data.

BAB IV          HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini dibahas tentang gambaran umum PT “X” yang terdiri dari sejarah singkat perusahaan, lokasi perusahaan, struktur organisasi serta pembahasan tentang permasalahan yang ada berdasarkan konsep-konsep yang telah dijelaskan dalam tinjauan kepustakaan berdasarkan teori dan konsep-konsep yang relevan.

BAB V            SIMPULAN DAN SARAN

Bab ini akan menguraikan kesimpulan mengenai hasil penelitian yang telah dibahas dan juga memberikan saran-saran yang sekiranya dapat bermanfaat bagi perusahaan.

 

 

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Landasan Teori

2.1.1  Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya

”In the past, cost accounting was widely regarded as the calculation of the inventory cost presented in balance sheet and cost of goods sold figure in the income statement”. Seperti yang diungkapkan oleh Carter dan Usry (2002:7) tersebut, akuntansi biaya pada mulanya hanya dipandang sebagai sebuah cara perhitungan atas nilai persediaan yang dilaporkan di neraca dan nilai harga produk penjualan yang dilaporkan dalam laporan laba rugi.

Perkembangan akuntansi biaya selanjutnya mampu menyediakan berbagai informasi dan data yang dapat dimanfaatkan oleh manajemen untuk berbagai

kepada pihak manajemen dan akuntansi manajemen sebagai salah satu tipe informasi yang digunakan untuk membantu manajemen.

Menurut Mulyadi (2005:7) definisi akuntansi biaya adalah: “Akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa dengan cara-cara tertentu, serta penafsiran terhadapnya”.

Menurut Horngren, Datar, dan Foster (2003:3) “Cost Accounting provides information for management accounting and financial accounting. Cost Accounting measures and reports financial and non financial information relating to the cost acquiring or utilization resource in organizations”.

Berdasarkan kedua pendapat di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa akuntansi biaya adalah kegiatan yang terdiri dari prosedur sistematis mengenai pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya maupun sumber daya yang digunakan dalam operasi perusahaan. Dengan demikian, akuntansi biaya merupakan bagian dari akuntansi manajemen.

2.1.2 Definisi Akuntansi Manajemen

Akuntansi manajemen di definisikan oleh Hansen dan Mowen (2003:7) adalah “The management accountant identifies, collects, measures, classifies, and reports information that is useful to internal users in planning, controlling and decision making activities”.

Berdasarkan definisi tersebut dapat dikatakan bahwa akuntansi manajemen adalah suatu kegiatan atau proses yang menghasilkan informasi keuangan bagi manajemen yang digunakan  manajer untuk :

  1. Perencanaan, yaitu pernyataan lengkap suatu kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan dan identifikasi metode untuk mencapai tujuan tersebut.
  2. Pengendalian, yaitu aktivitas untuk mengarahkan kegiatan agar berjalan sesuai dengan yang direncanakan.
  3. Pengambilan keputusan, yaitu

melaksanakan operasi sehari-hari, perencanaan operasi di masa datang, dan mengembangkan strategi bisnis secara menyeluruh. Akuntansi manajemen mampu membantu manajer mengenali masalah-masalah, menyelesaikan masalah-masalah tersebut dan mengevaluasi kinerja. Dengan demikian, akuntansi manajemen diharapkan mampu membantu perusahaan menghadapi perubahan lingkungan operasi sehingga perusahaan dapat terus bertahan
2.1.3  Konsep Biaya dan Cara Penggolongan Biaya

Paraakuntan telah mendefinisikan biaya sebagai suatu nilai tukar, prasyarat atau pengorbanan yang dilakukan untuk memperoleh manfaat. Terdapat dua istilah yang sering digunakan oleh akuntan manajemen, yaitu: biaya (cost) dan beban (expense). Menurut Hansen dan Mowen (2003:4) definisi cost dan expense adalah: “Cost is the cash or cash-equivalent value sacrified for goods and services that are expected to bring a current or future benefit to organization… As cost are used up in the production of revenues they are said to expired. Expired costs are called expense”.

Dari definisi diatas dapat dikatakan bahwa biaya (cost) adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk barang dan jasa yang diharapkan

 

mencatat dan menggolongkan biaya haruslah selalu diperhatikan untuk tujuan apa manajemen memerlukan informasi biaya tersebut. Maka sebaiknya selalu diterapkan konsep “different cost for different purpose” yaitu, untuk tujuan yang berbeda kita harus menggunakan konsep biaya yang berbeda pula. Tidak ada satu konsep biaya yang dapat digunakan untuk semua tujuan. Maka dari itu, dalam akuntansi biaya dikenal berbagai macam klasifikasi atau penggolongan biaya.

Klasifikasi biaya sangat diperlukan untuk mengembangkan data biaya yang dapat membantu pihak manajemen dalam mencapai tujuannya. Menurut Mulyadi (2005:13) terdapat lima cara penggolongan biaya yaitu diantaranya sebagai berikut:

  1. Penggolongan biaya menurut objek pengeluaran:

Merupakan dasar penggolongan biaya yang terdiri dari:

  1. Biaya bahanbaku
  2. Biaya tenaga kerja langsung
  3. Biaya overhead
  1. Penggolongan biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan:
  1. Biaya produksi. Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahanbakumenjadi produk jadi yang siap untuk dijual.
  2. Biaya pemasaran. Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk.
  3. Biaya administrasi dan umum. Merupakan biaya-biaya untuk mengkoordinasikan kegiatan produksi dan pemasaran produk.
  1. Penggolongan biaya menurut hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayainya:
  2. Penggolongan biaya menurut perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan   volume aktivitas:
  3. Penggolongan biaya atas dasar jangka waktu manfaatnya:
  1. Biaya langsung. Biaya langsung adalah biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayainya. Jika sesuatu yang dibiayainya tersebut tidak ada, maka biaya langsung ini tidak akan terjadi.
  2. Biaya tidak langsung. Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayainya. Biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk disebut dengan istilah biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik (factory overhead costs).
  1. Biaya variabel.Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan
  2. Biaya semivariabel. Biaya semivariabel adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan.
  3. Biaya semifixed. Biaya semifixed adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu.
  4. Biaya tetap. Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume kegiatan tertentu.
  1. Pengeluaran modal (capital expenditure). Pengeluaran modal adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi (biasanya periode akuntansi adalah satu tahun kalender).
  2. Pengeluaran pendapatan (revenue expenditure). Pengeluaran pendapatan adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut.

2.1.4  Harga Pokok Produk atau Jasa

Hansen dan Mowen (2003:44) memberikan definisi harga pokok produksi adalah: “The cost of goods manufactured represent the total cost assigned to good completed during the current period”. Menurut Hilton (1999:43) mengemukakan sebagai berikut: “Product cost is a cost assigned to goods that were either purchased or manufactured for sale”.

Jadi, harga pokok produksi atau jasa adalah biaya-biaya yang timbul karena adanya aktivitas produksi. Proses produksi suatu perusahaan akan mengeluarkan biaya-biaya yang akan digunakan untuk menghasilkan barang atau jasa. Biaya-biaya yang timbul tersebut dinamakan biaya produksi atau biaya jasa.

Menurut Hansen dan Mowen (2003:40), unsur-unsur yang membentuk harga pokok produk atau jasa adalah: ” The only cost assigned to goods and service completed are the manufacturing costs of direct material, direct labor and overhead”. Unsur-unsur biaya produk atau jasa menurut Hansen dan Mowen (2003:42), dapat diklasifikasikan dalam tiga jenis, yaitu:

  1. Biaya BahanBaku

Bahanbakumerupakan dasar yang akan digunakan untuk membentuk bagian yang menyeluruh menjadi produk jadi. Bahanbakuyang digunakan untuk memproduksi dapat diperoleh melalui pembelian lokal, impor atau dari pengolahan sendiri. Biaya bahanbakumeliputi harga pokok semua bahan yang dapat diidentifikasi dengan pembuatan suatu jenis produk, dengan mudah dapat ditelusuri atau dilihat perwujudannya di dalam produk selesai. Biaya bahanbakumemiliki bagian yang signifikan dari total biaya suatu produk.

  1. Biaya Tenaga Kerja Langsung

Tenaga kerja merupakan kegiatan fisik yang dilakukan oleh karyawan untuk mengolah suatu produk. Biaya tenaga kerja langsung meliputi biaya-biaya yang berkaitan dengan penghargaan dalam bentuk upah yang diberikan kepada semua tenaga kerja yang secara langsung ikut serta dalam pengerjaan produk yang hasilnya kerjanya dapat ditelusuri secara langsung pada produk dan upah yang diberikan merupakan bagian yang besar dalam memproduksi produk.

  1. Biaya Overhead

Pada umumnya dalam suatu perusahaan biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung merupakan biaya produksi langsung. Semua biaya selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung yang berhubungan dengan produksi adalah biaya produksi tidak langsung. Istilah ini sesuai dengan sifat biaya overhead yang tidak dapat atau sulit untuk ditelusuri secara langsung kepada produk atau aktivitas-aktivitas pekerjaan. Biaya tidak langsung ini terkumpul dalam suatu kategori yang disebut biaya overhead pabrik (BOP) dan membutuhkan suatu proses alokasi yang adil untuk tujuan perhitungan harga pokok produksi atau jasa.

2.1.5  Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi

Harga pokok produksi merupakan salah satu informasi yang penting bagi perusahaan yang akan digunakan oleh manajer untuk tujuan yang beraneka ragam. Sebagai contoh, harga pokok produk dari sebuah produk jadi berguna untuk menetapkan harga jual produk. Di samping itu, harga pokok produksi yang akurat juga memungkinkan bagi manajer untuk mengelola operasi secara efektif dan efisien, serta merupakan faktor penting dalam pembuatan laporan keuangan.

Adadua jenis sistem akuntansi biaya yang digunakan untuk menentukan harga pokok, yaitu: job order cost systems dan process cost systems. Jenis mana yang digunakan untuk menentukan harga pokok sangat tergantung pada jenis proses produksi perusahaan yang bersangkutan.

TABEL 2.1

PEMBANDINGAN KALKULASI BIAYA PESANAN DAN PROSES

Kalkulasi Biaya Pesanan

Kalkulasi Biaya Proses

  1. Variasi perbedaan produk luas.
  2. Biaya diakumulasi berdasarkan pekerjaan.
  3. Biaya per unit dihitung melalui pembagian total biaya pekerjaan dengan unit yang diproduksi
  1. Produk homogen.
  2. Biaya diakumulasi berdasarkan proses atau departemen.
  3. Biaya per unit dihitung melalui pembagian proses satu periode dengan unit yang diproduksi selama periode tersebut.

 

Sumber: Hansen dan Mowen (2003:208)

2.1.5.1 Job Order Cost Systems

Metode harga pokok pesanan adalah cara penentuan harga pokok produksi dimana biaya-biaya produksi dikumpulkan untuk sejumlah produk tertentu, atau suatu jasa yang dapat dipisahkan identitasnya dan yang perlu ditentukan harga pokoknya secara individual. Metode ini tepat digunakan bila produksi terdiri dari atau merupakan pesanan khusus serta waktu yang dikehendaki untuk memproduksi suatu unit produksi relatif panjang dimana harga jual banyak tergantung dari biaya produk.

Oleh karena itu metode job order cost systems adalah metode yang paling tepat untuk dipergunakan dalam perhitungan harga pokok pada perusahaan kontraktor. Dalam perhitungan biaya produksi pesanan, biaya diakumulasikan menurut pekerjaan atau pesanan tertentu. Metode ini mengasumsikan bahwa semua pesanan yang dikerjakan dapat diidentifikasi secara fisik dan setiap pesanan dapat dibebani dengan biaya yang hanya berkaitan dengan pesanan itu sendiri.

2.1.5.2 Process Cost Systems

Metode ini digunakan untuk barang-barang yang diproduksi melalui cara pengolahan yang berkesinambungan atau melalui proses produksi masal karena unit-unit bahan yang dikerjakan tidak dapat dibedakan satu sama lain selama satu proses pabrikasi atau lebih. Oleh karena sifat dari outputnya, biaya per unit harus dihitung tiap proses.

Karakteristik dari kalkulasi biaya proses menurut Carter dan Usry (2002:156) adalah :

  1. Biaya dibebankan ke perkiraan barang dalam proses pada setiap departemen.
  2. Laporan biaya produksi digunakan untuk mengumpulkan, mengikhtisarkan dan menghitung biaya per unit dan biaya total. Biaya per unit diperoleh dengan membagi jumlah biaya yang dibebankan ke suatu departemen dengan total produksi departemen tersebut pada periode tertentu.
  3. Barang dalam proses pada akhir periode akan dinilai kembali dalam satuan unit ekuivalen (artinya dihitung berapa unit barang jadi yang setara dengan barang dalam proses tersebut).
  4. Biaya-biaya dari unit jadi pada suatu departemen akan ditransfer ke departemen pemrosesan berikutnya agar pada akhirnya dapat diketahui total biaya untuk barang jadi selama satu periode, dan biaya yang harus dibebankan ke barang dalam proses.

           

2.1.6 Functional Based Product Costing

Functional Based Product Costing membebankan biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung dengan menggunakan direct tracing (penelusuran langsung). Sementara itu, biaya overhead dibebankan ke produk dengan menggunakan penelusuran penggerak dan alokasi. Sistem ini membebankan biaya overhead melalui dua tahap yaitu tahap pertama adalah mengalokasikan biaya overhead yang terjadi ke pusat biaya (cost center) dan tahap kedua mengalokasikan biaya-biaya tersebut dari masing-masing cost center ke produk dengan menggunakan pemicu yang berbasis pada unit produksi, misalkan jam tenaga kerja langsung, jam mesin, biaya bahanbaku, dan lain-lain.

Langkah pertama yang harus dilakukan dalam menghitung biaya produk adalah

 

Tarif overhead yang dipilih menyatakan hubungan dari overhead pabrik dengan

 

CONTOH SKRIPSI INI BERISI TOTAL 83 HALAMAN SEHINGGA TIDAK SEMUANYA DAPAT KAMI UNGGAH DAN PADA BEBERAPA BAGIAN KAMI POTONG-POTONG. UNTUK INFORMASI LEBIH LANJUT DAPAT MENGHUBUNGI KAMI VIA SMS ATAU E-MAIL

Posted on June 7, 2011, in AKUNTANSI and tagged , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , . Bookmark the permalink. 4 Comments.

  1. klo mau sms ke nomor mana?

  2. selamat pagi,,,,
    bisa minta cnth skripsi Penerapan Activity Based Costing dalam Penentuan Harga Pokok Konstruksi pada Pelaksanaan Pengecatan, bisa di emailkan ke email saya????
    tq

Leave a comment